Lombok Timur Raih 3 Trophy PROKLIM Lestari

Lpsdmitra

Penerimaan Piala Penghargaan ProKlim Lestari

Dalam rangka merespon isu global perubahan iklim melalui Program Kampung Iklim (PROKLIM). Pada tahun 2024, Lombok Timur raih 3 trophy ProKlim Lestari secara bersamaan. Tentu ini menjadi kebanggaan, karena ke 3 desa itu (Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya, Sugian Kecamatan Sambelia dan Sapit  Kecamatan Suela)

merupakan dampingan LPSDM (Lembaga Pengembangan Sumberdaya Mitra) dengan dukungan World Neighbors, bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Lombok Timur.

Treble Trophy Lestari, masing-masing perwakilan dari 3 desa menerima penghargaan secara langsung dalam satu musim pada acara penganugerahan penghargaan ProKlim pada tanggal 09 Agustus 2024. Prof. Dr. Ir. Siti Nurbaya, M. Sc. selaku Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat itu menyerahkan Trophy secara langsung.

Perjalanan LPSDM mendampingi Program Kampung Iklim telah dimulai di tiga desa di Desa Seruni Mumbul, Desa Sugian dan Desa Sapit. Awalnya, ketiga kelompok ProKlim telah terdaftar dan berhasil mencapai level Utama pada tahun 2021. Berkat kerja keras, konsistensi, dan sinergi bersama antara kelompok masyarakat, pemerintah desa, pemerintah kabupaten dan  provinsi,

pihak swasta, lembaga donor World Neighbors (WN) dan lembaga pendamping – LPSDM, akhirnya pada tahun 2024 ketiga kelompok ini berhasil terdaftar kembali dan berhasil meraih level Lestari, level tertinggi dalam skema ProKlim.

1. Kampung Iklim Kokok Pedek (Desa Sugian)

Pendampingan ProKlim Kokok Pedek di Dusun Kokok Pedek Desa Sugian menjadi tonggak awal kesuksesan. Sejak awal, Bapak Kalam sebagai Ketua Kelompok ProKlim Kokok Pedek menunjukkan sikap terbuka dan kolaboratif dalam melakukan berbagai kegiatan. Tidak hanya menggerakkan anggotanya, Pak Kalam juga berhasil menyatukan pemuda dan tokoh masyarakat dalam satu visi menjaga lingkungan dan menghadapi perubahan iklim. Berbagai unsur masyarakat berpartisipasi aktif dengan sangat baik dalam setiap kegiatan. Mulai dari unsur pemuda, perempuan, tokoh masyarakat dan lansia.

ini kan kegiatan untuk kepentingan masyarakat saya, tentu saya harus lebih semangat dari bapak/ibu yang mendampingi selama ini. ungkap Pak Kalam selaku Ketua ProKlim.

Kalam - Ketua ProKlim Kokok Pedek

Peran Pemerintah Desa Sugian, terutama Sekretaris Desa pada saat itu, Bagus Hady Kusuma, sangat mendukung kegiatan adaptasi dan mitigasi serta penguatan kelembagaan Proklim. Ini terlihat dari penganggaran khusus untuk kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim seperti konservasi mangrove dan pertanian ramah iklim. Kehadiran pemerintah desa dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh kelompok juga menambah semangat dan motivasi. Mitra pendamping dan Kelompok ProKlim dalam melakukan sosialisasi tentu tidak selalu berjalan mulus, terutama dalam penyebaran informasi ke dusun-dusun lainnya. Koordinasi dan komunikasi mulai dari tokoh masyarakat dan kepala dusun, menjadi pintu awal komunikasi sebelum anggota ProKlim menyampaikan ke masyarakat secara luas. Peran pemerintah desa juga sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi dan pendampingan ProKlim binaan untuk dusun-dusun lainnya. Kolaborasi yang kuat ini menjadi fondasi penting yang membawa ProKlim Kokok Pedek naik kelas ke level Lestari.

2. Kampung Iklim Barantapen Asri (Desa Seruni Mumbul)

Berbeda dari Sugian, kekuatan utama ProKlim Barangtapen Asri justru berada pada kelompok perempuan UBSP Barangtapen Asri Dusun Barangtapen Desa Seruni Mumbul. Kelompok perempuan hebat yang menjadi penggerak untuk kegiatan pemanfaatan pekarangan dan penguatan ekonomi. Semangat mereka dalam memanfaatkan lahan sempit untuk menanam sayur-sayuran, pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi pupuk organik, pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas sebagai contoh konkret aksi adaptasi berbasis masyarakat.

Dalam Usaha bersama, perempuan-perempuan hebat ini secara bersama-sama memanfaatkan limbah/sisa daun kelapa untuk dijadikan produk sapu lidi. Ketika melakukan pendampingan, kesibukan perempuan sebagai ibu rumah tangga dan buruh tani menjadi salah satu penyebab terhambatnya dalam kegiatan pemanfaatan pekarangan. Pemeliharaan tanaman di pekarangan menjadi tidak maksimal, terutama dalam menangani hama ayam yang menyebabkan daun-daun tanaman menjadi rusak. Monitoring, evaluasi dan pembelajaran menjadi kunci, diskusi-diskusi kecil menghasilkan semangat dan kemauan untuk berbenah, pembuatan jaring-jaring dan pagar secara swadaya menjadi solusi masalah tersebut.  Masyarakat terutama perempuan cukup menyambut baik dan lebih bersemangat ketika pendamping lapangan melakukan kunjungan. Sambutan yang hangat dan kekeluargaan ini menjadi salah satu kunci sukses dalam proses pendampingan.

Pemanfaatan pekarangan

Kalau didampingi, ibu-ibu ini lebih semangat. Mereka merasa diperhatikan. Kehadiran ini penting, terlihat dari keceriaan ibu-ibu dalam pertemuan”, ungkap Sabariah salah satu anggota perempuan.

Selain itu, kegiatan pengelolaan sampah melalui bank sampah cukup aktif dan mampu mengurangi sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga menjadi bernilai, dan lingkungan tetap bersih dari sampah terutama sampah plastik. Yang tidak kalah penting adalah dukungan dari pemerintah desa sangat terasa, tidak hanya dari segi anggaran tetapi juga kehadiran dan keterlibatan langsung perangkat desa dalam kegiatan ProKlim. Bahkan, mereka turut serta dalam pelatihan, pertemuan kelompok, hingga proses penyusunan rencana kerja kelompok.

Video Verifikasi Kampung Iklim Lestari : https://youtu.be/qWZPhp_lnjM?si=Vo-m16jenPdLuy9T

3. Proklim Karya Bersama (Desa Sapit)

Di Desa Sapit, pendampingan berjalan dengan sangat cair dan terbuka, berkat gaya komunikasi yang hangat dari masyarakat desa. Tidak ada jarak antara masyarakat, pendamping, dan pemerintah desa. Ini menjadi kunci keberhasilan implementasi kegiatan. Kegiatan yang menonjol di Proklim Karya Bersama Dusun Sapit Desa Sapit adalah kegiatan pertanian terpadu dengan model agroforestry. Masyarakat memadukan tanaman pangan dengan tanaman umur panjang, menciptakan harmoni antara alam dan kebutuhan hidup. Desa Sapit mengembangkan model pertanian agroforestry tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan tetapi juga membantu adaptasi terhadap perubahan iklim dengan memperkuat cadangan air tanah.

H. Sriatun-Kepala Desa Sapit

Kepala Desa Sapit H. Sriatun, bercerita “Perbukitan di wilayah Dusun Sapit di Desa Sapit dulunya hanya tumbuh ilalang dan rumput saja. Perambahan hutan waktu itu tidak bisa dibendung. Saya bersama dengan masyarakat menginisiasi penanaman kembali. Kami mulai dengan penanaman kopi. Seiring berjalannya waktu, dengan dukungan dari semua pihak, hutan kami kembali hijau. Kopi menjadi salah satu produk unggulan kami saat ini”

Melalui dukungan penganggaran bibit tanaman dari LPSDM, pemerintah desa dan swadaya masyarakat, kelompok mampu melakukan penghijauan mandiri yang berdampak langsung pada peningkatan ketahanan iklim. Kegiatan lain seperti konservasi sumber mata air, pelatihan pangan lokal, pemanfaatan pekarangan, dan pertanian konservasi menjadi bagian dari ekosistem aksi iklim yang berkelanjutan.

Baca Artikel Lainnya : https://www.lpsdmitra.com/2025/01/14/cerita-komunitas-lokal-mengantisipasi-bencana/

Ketiga Desa ProKlim ini mampu memenuhi indikator lestari berkat penerapan praktek-praktek mitigasi, adaptasi dan penguatan kelembagaan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain pemanfaatan lahan pekarangan, pembuatan pupuk organik, pertanian konservasi tanaman jagung,

pertanian pangan lokal, penerapan model kebun agroforesty, pelatihan dan praktek pembuatan DAS mikro, konservasi mata air,

pengelolaan sampah, penguatan kelembagaan dan administrasi (ProKlim) serta pertemuan reguler ProKlim. Faktor kunci keberhasilan mereka terletak pada komitmen dan kolaborasi multipihak dan inovasi lokal sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing.

Kesamaan pencapaian ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis komunitas didukung dengan kebijakan yang tepat dan pendampingan teknis yang berkelanjutan oleh mitra maka tujuan lestari akan tercapai.

Di Desa Seruni Mumbul dengan keunggulan pengolahan sampah melalui bank sampah, Desa Sapit dengan keunggulan pertanian terpadu yaitu penghijauan dan penerapan agroforestry, serta Desa Sugian dengan keunggulan konservasi tanaman mangrovenya.

Pembelajaran

Dari pengalaman ini, pembelajaran penting yang dapat diperoleh dari pencapaian level lestari antara lain :

  1. penumbuhan kepemimpinan lokal yaitu bagaimana ketua/pengurus kelompok berperan sangat aktif untuk menggerakkan semua warga
  2. partisipasi aktif perempuan untuk berinovasi, dan berkarya dalam membangun ekonomi keluarga, memproduktifkan lahan pekarangan, pengelolaan sampah memberikan kontribusi yang sangat signifikan
  3. penumbuhan semangat untuk menyebarkan informasi dan pengalaman ke dusun-dusun lainnya serta memotivasi kelompok proklim untuk bertumbuh kembang di dusun-dusun lainnya
  4. peran strategis aparat pemerintah desa untuk mendukung dan memafasilitasi pengembangan proklim di semua dusun dan membangun jejaring Proklim pada tingkat desa
  5. koordinasi dan kerjasama serta advokasi dukungan dari pemerintah desa sampai provinsi
  6. pendampingan yang intensif yang tidak kenal lelah, membangun komunikasi dan relasi persaudaraan dengan warga masyarakat
  7. pentingnya dukungan finansial, arahan dan pembinaan dari lembaga pendukung (donor yang sangat komitmen terhadap Proklim) menjadi pemicu dan motivasi untuk terus bekerja tanpa kenal lelah untuk meraih keberhasilan ini.

Inovasi

Setelah mencapai level lestari, ProKlim Kokok Pedek Desa Sugian terus menunjukkan komitmen dalam menjaga lingkungan. Dengan dukungan Wahana Visi Indonesia, kelompok ProKlim bekerjasama dengan pemerintah desa, masyarkat dan kelompok ProKlim binaan lainnya melakukan Penanaman 1.000 pohon mangrove, sebagai upaya perlindungan pesisir.

Lahan Konservasi Mangrove

Pemerintah desa juga mengalokasi anggaran untuk mendukung kegiatan pemeliharaan maggot (larva lalat Black Soldier Fly – BSF) yang memiliki banyak manfaat, terutama dalam pengolahan sampah organik dan sebagai pakan ternak), termasuk penyediaan sarana prasarana (rumah maggot). Selain itu, Pemdes juga siap mengalokasikan dana untuk pembelian kendaraan Roda 3 untuk operasional. Saat ini, pemeliharaan magot dalam proses pengembangan, dimana ProKlim Kokok Pedek menjadi penggerak utamanya.

Pemeliharaan Magot

ProKlim Karya Bersama Desa Sapit, masih secara konsisten melakukan praktek pertanian dengan model Agroforestry sebagai bagian dari upaya pelestarian lingkungan, peningkatan ketahanan pangan dan ekonomi keluarga dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain itu, pengengembangan teknologi DAS Mikro yaitu pembuatan smile berm juga terus dikembangkan sebagi bentuk inovasi

dalam pemanenan air hujan dan lahan secara berkelanjutan. Ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan pekarangan sebagai upaya pemanfaatan ruang terbatas menjadi lebih produktif,

sumber gizi dan pangan serta menciptakan lingkungan yang hijau dan sehat.

Smile Berm

Selanjutnya, ProKLim Barantapen Asri Desa Seruni Mumbul menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung Program Kampung Iklim dengan secara konsisten

mengelola sampah melalui keberadaan Bank Sampah yang secara aktif melibatkan masyarakat. Melalui sistem ini, sampah rumah tangga mempunyai nilai ekonomis. Ibu-ibu anggota ProKlim bersama dengan masyarakat lainnya secara berkelanjutan memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam sayuran. Selain itu, konsistensi kelompok UBSP (Usaha Bersama Simpan Pinjam) masih eksis sampai dengan saat ini.

Pengangkutan Sampah

Tantangan

Tentu dalam melakukan pendampingan, tidak semua berjalan baik dan mulus. Kendala utama dalam pendampingan adalah ketidakkonsistenan sebagian masyarakat dalam menjalankan kegiatan adaptasi dan mitigasi. Dalam pengembangan pertanian ramah lingkungan menjadi tantangan tersendiri. Budaya masyarakat yang instan menjadi penghalang terbesar, penggunaan sarana produksi berbahan kimia sudah menjadi kebutuhan wajib dalam melakukan kegiatan pertanian. Namun, kami sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat, tidak menyerah.

Kami terus melakukan monitoring, evaluasi, dan sharing pembelajaran serta memperbaharui materi dan strategi pendampingan, mengatur waktu yang tepat dengan masyarakat serta menjaga komunikasi intensif dengan pemerintah desa. Pembuatan demplot-demplot percontohan juga sangat penting dan menjadi sarana edukasi serta pembelajaran dalam penerapan teknologi di lapangan.

Langkah strategis lain yang telah dilakukan adalah mendorong lahirnya kebijakan desa seperti Perdes Perlindungan Mata Air di Desa Sapit, serta memastikan penganggaran rutin untuk kegiatan adaptasi dan mitigasi di ketiga desa.

Yang tidak kalah penting adalah koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi dalam rangka pembinaan kelompok. Kunjungan dan monitoring dari pemerintah daerah maupun pemerintah kabupaten menjadi salah satu bagian penting dalam menambah semangat masyarakat. Dukungan sarana dan prasarana dari pemerintah provinsi dalam hal ini adalah Dinas Lingkungan Hidup, seperti composter bag, mesin drill,

alat panen biopori menjadi satu hal penting di tengah masyarakat dalam mendukung kegiatan-kegiatan adaptasi dan mitigasi.

Pesan

Perjalanan dari ProKlim Utama menuju ProKlim Lestari bukan hanya pencapaian administratif, melainkan hasil dari perjuangan kolektif. Ini adalah bukti bahwa dengan kolaborasi yang kuat antara masyarakat, pemerintah desa, pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi,

dukungan dari donor dan pendampingan yang intensif dari lembaga mitra, sehingga aksi-aksi nyata menghadapi perubahan iklim bisa terwujud. Tiga desa ini kini bukan hanya contoh, tapi juga inspirasi bagi desa-desa lain menuju ketahanan iklim yang berkelanjutan.

Tiga desa Tiga kisah, namun dengan satu pesan yang sama yaitu perubahan bisa lahir dari desa-desa kecil, lahir dari tingkat tapak, dari tangan-tangan sederhana yang juga mencintai bumi dengan sepenuh hati.

ProKlim Lestari bukan sekedar meraih penghargaan, melainkan sebuah perjalanan untuk menjaga lingkungan dan masa depan.

Also Read

Bagikan:

Tags

Tinggalkan komentar